Kita memulai 2020 dengan penuh harapan
dari satu hal yang dirasa belum cukup baik, untuk memulai hal yang lebih baik.

Berhenti menganggur untuk mulai bekerja.
Berhenti bekerja untuk mulai berbisnis.
Berhenti sejenak berbisnis untuk memulai traveling
Berhenti traveling untuk mulai menikah.
Mengambil kesempatan, kata kita.

Keluargapun berdiri di belakang, mendukung dan menyemangati.
Senyum kita melebar, mata terpejam.
Kita menekankan lagi dalam hati
"Tahun ini, mimpi akan terwujud."

Kita begitu lugu
Iya, mimpi memang terwujud. 
Sayangnya yang terwujud mimpi buruk.

Sebuah virus datang untuk menghancurkan harapan.
Kita yang terbiasa merdeka, kini harus hidup di bawah larangan.
Dilarang bepergian, dilarang berkerumun, dilarang bertemu orang-orang yang kita rindukan.

Dan yang paling menyedihkan
Kita juga seolah dilarang jujur
Bahwa kita tidak baik-baik saja.
Kita seakan-akan diminta berjalan menuju persimpangan :
Mati karena virus atau mati karena lapar.
Dan selagi masih hidup, kita pura-pura tertawa,
Agar kita lupa bahwa cita-cita yang sudah kita tulis di awal tahun gugur satu demi satu.

Tapi hebatnya, kita beradaptasi.
Dalam segala keterbatasan, kita menemukan anugerah yang tidak kita sangka sebelumnya.
Sesederhana nafas dan detak jantung dari seseorang yang kita sayang,
Bisa jadi alasan untuk melanjutkan hidup. 

Namun, layaknya perasaan saya
Perasaan benci pun sesuatu yang sulit ditolak.
Di antara semakin susahnya menjalani hari-hari, kebencian membuat kita terpecah belah.
Di media sosial kita terlihat paling peduli, di dunia nyata malah saling tidak peduli.

Bahkan ketika umat manusia diuji dengan cobaan yang begitu besar, kita masih saja memilih untuk berkelahi.
Tolong hentikan. 
Tolong.

Ada banyak hal buruk menimpa kita.
Iya.
Tapi kita selalu punya pilihan menjadi orang baik ketika hal buruk terjadi.
Saling menyemangati, bukan mencaci maki.
Saling mengucap doa, bukan mengungkit dosa.
Saling membina, bukan menghina.

Karena pada akhirnya, kita hanyalah sekumpulan manusia biasa yang membutuhkan satu sama lain.

Kita tidak sendirian.

2020 telah usai
Perjuangan kita belum.

Bertahanlah


by fiersa Besari

_________________

Semua orang tau, waktu akan terus berputar. Berputar tiada henti sampai sangkuasa mengendaki.

Kita, manusia biasa bisa apa?

Semua dah menjadi takdir illahi. Usaha yang akan selalu kita panjatkan, doa yang selalu kita lantunkan itu yang manusia bisa lakukan.

Hasilnya apa?

Hanya ia yang tau akan takdir hambanya.

2020 memang sudah berakhir.

Ia akan menjadi kenangan masa lalu 

Yang tidak akan mungkin bisa kembali di masa depan 

Tidak seperti doraemon yang sesuka hatinya berjalan keluar masuk ruang dan waktu 

Bisa di masa depan atau masa lalu 

Mungkin bagi kita itu hal yang mengasikkan 

Namun, sungguh sayang 

Itu hanya khayalan semata 

Khayalan yang tidak akan pernah ada, di dunia nyata 

Khayalan yang selalu ada di dunia maya 

___

Bagiku 

Bukan tentang merayakan, mengagungkan atau membenarkan tentang perayaan ini di masa pergantian tahun 2020-2021, namun sekedar mengingat bahwa tahun ini setiap kegiatan tanpa kita sadari terjadi di luar nalar, itu semua sesuatu yang tidak ada janji sebelumnya.

Januari, semua berjalan begitu aja normal seperti biasanya. Waktu itu fokus pada laporan magang ditengah-tengah masa libur. 

Februari, masih sama seperti januari. Namun dari sini awal mula semula terjadi khususnya di Indonesia. Waktu dimana dikala laporan OJT/magang, isu dan berita isu tersebar begitu cepat dan luasnya dalam sekejar via maya yang menimbulkan rasa was-was yang sungguh ramai. 

Maret, meski berita akan hal itu meluas kemana-mana membuat panik termasuk diri ini, namun fokus terpecah akan hal sidang magang. Ini akhir dari sidang langsung face to face. Beberapa minggu paska itu, tiba-tiba kampus ramai akan hal terindikasi covid-19. Begitu cepat kabar tersebar kemana-mana alhasil kuliah online pun diterapkan. "Pulang aja lah sekalian liburan UTS" kata ku kala itu sekalian menenangkan suasana dan tentunya sebelum tersebar luas pandemi itu. Pulang yang biasanya pakai bus, kali ini berbeda dari biasanya. Kereta adalah pilihan yang mungkin aman dari pada bus. Protokol kesehatanpun ditetapkan dengan ketat mulai dari masker, handsanitizer sampai jaga jarak.

April