Ahad, 27 Desember 2020 menjadi hari yang tidak seperti hari Ahad pada umumnya. 
Ia terasa seperti mundur satu tahun
Jelas bukan mungkin lagi
Hal ini memang seperti rasa satu tahun yang telah berlalu

Jadi waktu itu di tanggal 27 Desember 2020 menjadi hari untuk selesainya masa pengabdian bagi kawan-kawan KIVA kabinet Harmoni untuk mengabdi, mengabdi pada umat. Hal itu terjadi buih hasil dari pelepasan dalam kepengurusannya yang di rangkum dalam LPJAT dan Muktamar 2020. 

Seperti pada umumnya LPJAT, setiap departmen menyampaikan apa yang perlu di laporkan secara transparan dan setelah itu penentuan LPJ diterima, ditolak atau diterima dengan syarat.

Selepas dari itu, AD/ART dan acara yang ditunggu-tunggu yaitu pemilihan ketua umum yang baru. Ini sangat mendebarkan, pasangan satu sama lain menyampaikan gagasan terbaiknya yang di rangkum dan disampaikan dengan eloknya melalui presentasi di depan khalayak peserta muktamar online tahun ini. Sesi menunjukkan kemampuan membaca Al-Qur'an di lantunkan secara bergantian antar calon, dan sesi tanya jawabpun berlangsung dengan ramainya dan antusiasnya, hal itu bisa di ketahui dengan pertanyaan yang di tanyakan peserta kepada kedua calon. Merekapun menjawab pertanyaan satu-satu dengan hati-hati, matang dan semangat.

Setelah itu, tang ditunggu-tungu akhirnya datang juga, selepas tim formatur syuro/musyawarah maka muncullah satu nama yang akan menjadi Ketua Umum KIVA 2021. Hal inilah yang menjadi alasan teringat kejadian satu tahun lalu.

Sebelum mengarah kesana, izinkan bercerita:
Pasca lulus dari SMA gua engga ingin lagi menjadi seseorang yang memegang atau menyandang jabatan "Ketua Umum" khususnya rohis/rohani Islam. Hal ini tentunya terjadi karena beberapa alasan, dan alasan itu yang mendasari gua tidak mau untuk terulang kembali lagi di bangku kuliah.

Maka kupustuskan tahun pertama di bangku kuliah untuk tidak menjadi anak rohis terlebih dahulu, meski sebenarnya juga ada keinginan. Eksekutif adalah tujuan gua kala itu. Waktu demi waktu berjalan, entanh mengapa arah ini menuntun ke rohis lagi di tahun 2018, staff mudapun ku tempuh di rohis kampus cuma beberapa bulan saja. Akhir tahun di bulan November menjadi awal berubahnya ini semua. Dimulai bertambahnya teman satu persatu semakin banyak dan kejadian yang luar biasa di bulan November dan Desember 2018 yang tak terduga yang menjadi pengalaman pertama seumur hidup. Dari situ semua berasal, akhirnya 2019 pun memulai lembaran barunya dengan hal-hal yang tidak ada rencanapun. semua terjadi begitu saja. Akhirnya mindset saat lulus SMA terpecahkan di tahun ini.

Amanah itu datang, bersedia atau tidak itu hak gua, akhirya gua "tidak", namun ternyata berasal dari sharing dengan senior-senior, "Ya" adalah keputusan gua. Merasa engga cocok, engga sanggup dan engga baik bercampur menjadi satu. Namun karena merasa bisa, gua jalani dengan enjoy sampai akhir tahun. Mungkin ini hikmah yang ada dari Allah yang ia berikan ke hambanya ini dengan jalan ini, mungkin gua menganggap ini adalah hal yang tidak baik buat gua, namun Allah berkata lain. Memang benar apa yang kita sukai belum tentu Allah suka, dan apa yang kita benci belum tentu Allah benci. Gua percaya di balik ini semua ada hikmahnya.

Beberapa hari yang lalu, gua denger dari teman gua. Posisinya dia sedang mencalonkan dirinya di pentas politik Brawijaya, dia berkata : "Belum tentu gua terpilih karena gua orang baik aau sholeh, namun bisa juga gua terpilih karena dosa gua yang banyak dan Allah memberikan kesempatan ke gua untuk menjadi orang baik dan sebagai lahan untuk menebus dosa gua yang banyak ini"

Deggg (Hal itu yang gua rasakan)

Sempet terfikirkan kata-kata itu waktu amanah ini datang,mungkin memang seperti itu. Bagi guaa engga semua orang bisa dengan amanah  ini, dan beberapa orang saja yang bisa. Why? menurut gua aneh si, dikala orang-orang di tawarkan amanah lain selain di bidang ini mereka mampu, namun ketika amanah ini datang mereka engga mau. 

Namun dibalik itu, setiap kegiatan pasti ada hikmahnya apapun itu kita hanya bisa percaya pada Allah SWT.